Headline

Kesabaran Rasulullah Menghadapi Kaum Yahudi



Kesabaran Nabi Muhammad SAW menghadapi Kaum Yahudi

agama Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah kesimpulan ajaran semua Nabi dan Rasul Allah. Sebab itu maka banyak sekali persamaanya dengan ajaran agama Yahudi  dan Kristen. Di zaman Rasulullah SAW orang Yahudi hidup secara diaspora/menyebar, ada yang tinggal di Arab Saudi terutama di kota Madinah dan Khaibar. Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, siasat pertama yang beliau lakukan berdasarkan wahyu Allah adalah mendekati orang-orang Yahudi, sehingga menghasilkan sebuah perjanjian “ Orang-orang Yahudi dan Islam bersama-sama hidup rukun di Madinah menurut ajaran agama masing-masing. Bila Madinah diserang musuh maka orang Yahudi dan Islam bersama-sama mempertahankan. Bila orang Yahudi yang diserang maka orang Islam membela. Begitu juga bila orang Islam yang diserang dari luar maka orang Yahudi harus membela orang Islam”.
Orang-orang Yahudi dalam masa berabad-abad lamanya sudah meramalkan berdasarkan kitab suci mereka bahwa akan bangkit Nabi dan Rasul baru. Tetapi setelah Nabi dan Rasul itu lahir di Mekkah dan pindah ke Madinah dan pengaruh ajarannya bertambah luas maka orang-orang Yahudi merasa iri hati. Lalu mereka sekalipun sudah ada perjanjian senantiasa berusaha agar orang banyak tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan mereka berusaha membendung bahkan mau mmbunuh Nabi SAW dengan segala macam cara khianat. Tetapi segala usaha mereka itu selalu digagalkan Allah dan mereka tetap tidak berputus asa. Firman Allah di QS Ali Imran ayat 186 “Dan engkau (Muhammad) akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu (orang-orang Yahudi) yang musyrik, gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Jika engkau bersabar dan bertaqwa maka sesungguhnya itu adalah termasuk urusan yang utama”.
Bersabar dan bertaqwa tentu saja tidak berarti membiarkan saja tetapi harus melawan dengan cara yang ditentukan oleh Allah, tidak boleh melewati batas. Berpuluh dan bahkan beratus peristiwa demi peristiwa tentang Kaum Yahudi yang mengejek dan menghina Rasululla SAW dan ajaran beliau, juga mengejek Allah dan mempermainkan kalimat-kalimat Allah dari sejak dahulu di zaman Nabi Musa a.s dan Harun a.s, Daud a.s, Sulaiman a.s, Zakariya a.s, Yahya a.s, lalu Isa a.s. Turunlah ratusan ayat Al Quran menerangkan dan menjawab ejekan dan tantangan Yahudi itu. Rasulullah SAW dan umat islam menghadapi segala tindakan Yahudi dengan cara yang baik, tetapi harus membalas tindakan kekerasan dengan kekerasan yang setimpal. Firman Allah SWT QS Al Baqarah ayat 194 “ Barang siapa yang menyerang kamu maka seranglah ia dengan cara yang seimbang dengan serangannya terhadap kamu, dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah berpihak kepada orang-orang yang bertaqwa”
Tetapi diantara pendeta-pendeta Yahudi ada yang beriman dan membela Rasulullah Muhammad SAW , diantaranya Hushain dari Bani Tsalabah yang menyerahkan semua kekayaanya untuk perjungan dakwah Islam dan akhirnya ia mati syahid membela Islam dalam perang Uhud. Namanya diganti Rasulullah menjadi Abdullah bin Salam. Keislamannya disembunyikan jangan sampai diketahui oleh orang-orang Yahudi karena akan diuji oleh Rasulullah. Dan ketika orang-orang Yahudi datang ke rumah Rasulullah Muhammad SAW , beliau bertanya kepada mereka “Apa yang kalian ketahui tentang Hushain bin Salam?” Mereka menjawab “Ia penghulu kami, anak dari penghulu kami, orang alim kami dan seorang yang paling alim ditengah-tengah kami”
Setelah mereka berkata demikian, Abdullah bin Salam muncul ditengah tengah mereka, kemudian Abdullah bin Salam berseru kepada mereka “Hai Kaum Yahudi, takutlah kamu akan Allah, terimalah apa yang sudah disampaikan kepadamu dari Muhammad, demi Allah tentu kamu tahu bahwa ia (Muhammad) adalah Rasul Allah, bahkan namanya tercantum dalam Kitab Tauratmu begitu juga sifat-sifatnya. Saya sendiri sudah beriman kepadanya”
Baru saja mereka mendengar perkataan Abdullah bin Salam, mereka langsung berkata “Engkau pembohong” lalu mereka mengejeknya. Mengertilah Rasulullah SAW bagaimana karakter bangsa Yahudi itu sesuai dengan ayat-ayat Al Quran yang diturunkan kemudian. Tetapi ada pula orang-orang Yahudi yang jujur dan mengimani dan membela Rasulullah SAW, diantaranya Said bin Syanah, Tsalabah bin Said, As`ad bin Asad bin Ubaid.
Diantara Kaum Yahudi yang tidak jujur karena kekuatan Rasulullah SAW semakin meluas dan mereka pura-pura masuk Islam yang sebenarnya mau melenyapkan Islam bahkan kalau dapat membunuh Rasulullah. Diantara yang tidak jujur ini ialah As`ad bin Hanif, Said bin Shait dan Says bin Qais. Merekalah yang disebut golongan Munafiqun.


 

Menghadapi Guru Penggoda by sekbid damba rosstar

Pernah digoda cowok? Hmm…pasti kamu-kamu pada acung jempol. Emang, cowok tuh suka iseng banget godain cewek. Apalagi cowok-cowok tipis iman alias preman. Meski cuma disuitin, bikin gerah juga kan. Yang gawat, gimana kalo yang suka menggoda itu ternyata guru kita di sekolah?
Akhir-akhir ini nggak sedikit guru yang suka menggoda muridnya. Maaf banget buat bapak-bapak yang berprofesi guru, bukannya nuduh ya, ini fakta loh, bukan gosip. Udah banyak kasus murid yang mendapat perlakuan nggak senonoh oleh (oknum) guru. Ada yang hanya dikerlingin nakal, dirayu pake kata-kata gombal, atau bahkan ditowel-towel tubuhnya. Yang lebih syerem, ampe dicabuli. Iiih, amit-amit jabang bayi.
Contoh kasus yang dilakukan Suh (50), salah seorang oknum guru sebuah sekolah kejuruan di wilayah Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan. Dia mencabuli salah seorang anak didiknya hingga hamil 7 bulan. Bener-bener ibarat pepatah pagar makan tanaman deh.
Kejadian macam itu bisa terjadi karena sang murid nggak bisa nolak gurunya, figur yang selama ini kudu dihormati dan dipatuhi. Karena perasaan takut atau sungkan, murid nggak bisa berbuat banyak saat digodain. Kalaupun marah, nggak mungkin serta merta melabrak tuh guru iseng. Bisa-bisa kitanya yang dianggap kurang ajar. Lebih gawat lagi nilai-nilai sekolah pelajaran tuh guru bisa terancam. Repot. Lalu bagaimana dong?
Sebatas muamalah
Hubungan antara guru dan murid hanya sebatas muamalah. Kamu menuntut ilmu dan gurumu sebagai pengajarnya. Titik. So, nggak usah coba-coba dikembangin hubungan-hubungan yang laen. Apalagi dia guru laki-laki, nggak sembarangan kita boleh berhubungan, seperti jadi sahabat, jadi tempat curhat, dll.
Emang sih, guru yang baik adalah guru yang perhatian ama muridnya. Biasanya tipe guru kayak gini gampang akrab ama muridnya, suka ngajak ngobrol atau becanda. Tapi inget, semua itu harus tetap dalam koridor sebagai seorang pendidik yang berusaha menciptakan suasana belajar yang nyaman, menyenangkan dan menyelesaikan problem-problem yang bisa jadi dihadapi murid-muridnya.
Di sisi lain, adalah kewajiban murid buat menghargai, patuh dan mengormati sama gurunya. Tentu saja jika guru tersebut menunjukkan perilaku yang sopan, santun dan berwibawa. Pokoknya menunjukkan sosok guru yang emang pantes buat digugu dan ditiru gitu loh. Kita pun hanya boleh patuh kalo diperintahkan melakukan hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jadi, sekalipun yang memerintahkan guru, kalo disuruh hal-hal yang bertentangan dengan Islam nggak boleh kita ikuti.
Nah, kalo tuh guru udah mulai melenceng dari tugasnya sebagai pengajar, waspadai. Misalnya melakukan pendekatan pada murid tertentu. Kalo ada guru mencoba menggoda kamu, sebaiknya kamu membatasi diri untuk tidak melayaninya. Yup, semakin kamu layani godaannya, tuh guru bakal makin ketagihan godain kamu. Meski digodanya sebatas dengan kata-kata, jangan memberi respon positif. Misalnya jangan terkesan kamu senang digoda dengan senyum-senyum atau ketawa-ketiwi. Jangan pula merasa ge er kalo digodain, atau bahkan bangga. Ntar dikira kamu emang suka digodain.
Apalagi kalo udah menjurus ke aktivitas fisik, misal (maaf nih) ditowel-towel atau diraba-raba bagian tubuh kamu, udah deh alamat nggak bener tuh guru. Tunjukkan ketidaksukaanmu dengan santun (gimana caranya ya? Susah-susah gampang emang). Intinya sih jangan asal emosi. Takutnya gurumu tersinggung dan berbalik marah sama kamu. Kalo udah gitu, bisa jadi dia akan membenci kamu atau malah dendam. Lebih baik sebisa mungkin segera menghindar dari hadapan guru itu. Pamit aja dengan baik, misal ‘Maaf Pak, mau ke kelas dulu’ dan sebagainya.
Tanda-tanda guru penggoda
Supaya kamu waspada terhadap perilaku guru kamu yang tipe penggoda, sebaiknya kamu tahu kriteria guru penggoda itu kayak apa sih? Bisa jadi guru ganjen itu suka tampil klimis, biar dianggap paling cute gitu. Dengan begitu murid-muridnya juga gampang dipincut..
Cara pandang guru penggoda juga beda. Pasti dia suka curi-curi pandang, merhatiin seluruh tingkah laku kamu. Lihat saat doi lagi ngajar, saat nyuruh kamu ngerjain tugas ke depan kelas atau di manapun ketika ada kamu dan bapak guru itu. Kalo doi suka-suka kepergok mandangin kamu, hm…emang bisa dipastikan tuh bapak guru ada maunya.
Guru penggoda juga sok akrab. Biasanya mancing kamu dengan candaan, pujian atau bahkan menggoda kamu dengan kata-kata rayuan. Setelah itu baru ngorek-ngorek masalah pribadimu, misalnya soal hobi, cita-cita, dah punya pacar apa belum (padahal kita kan bukan penganut pacaran), suka jalan-jalan nggak, dst.
Udah gitu dia pasti nyari-nyari kesempatan buat dua-duaan ama kamu. Alasannya bisa aja dengan memerintahkan mengerjakan tugas tertentu atau pengen nanyain sesuatu ama kamu. Bahaya, Non! Apapun alasannya jangan sekali-kali maen nurut aja. Ingat, pelecehan murid ama gurunya bisa aja terjadi. Kalo dah gitu, mending ajak temen, jangan sekali-kali mau ditemui guru sendirian, apalagi kalo di tempat yang udah sepi. Misal di kelas yang udah nggak ada murid lagi atau di ruang guru yang sudah sepi, dll.
Lagian, kalo berdua-duaan gitu, meski ama guru sendiri tetep aja jatuhnya khalwat. Padahal Islam kan tegas melarang laki-laki dan perempuan berdua-duaan. Ingat pesan Rasulullah Saw: ‘Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan perempuan yang tidak disertai mahramnya.’ Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda (yang maknanya): “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahromnya. Karena sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan.” Jadi, setuju kan kalo kita sebagai murid perempuan sebaiknya jaga jarak ama guru laki-laki? Kudu lagi![kholidah]
===box===
Kalau kamu termasuk murid perempuan yang sering diisengin guru laki-lakimu, ada tips-tips nih untuk menghindarinya:
  • Jaga pandangan. Jangan ampe sering-sering menatap gurumu waktu dia ngajar atau saat berinteraksi. Siapa tahu gurumu jadi ge er dan pengin balas menggoda kamu. Ingat firman Allah Swt: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (QS an-Nuur [24] : 31)
  • Jaga dandanan dan tingkah kamu. Biasanya murid yang digoda adalah yang suka cari perhatian dengan berpakaian seksi, pakai wewangian, ganjen dan agresif. Makanya, tampillah dengan dandanan dan pakaian yang islami. Selain karena kewajiban dari Allah Swt., insya Allah juga bisa mengantisipasi dari godaan setan yang terkutuk…eh…termasuk godaan guru tentunya.
  • Jaga jarak. Sebaik apapun guru itu, tetap jaga jarak aman. Sebab keakraban murid-guru bisa membuat guru penggoda leluasa melancarkan jurusnya. So, jika ada guru penggoda yang sok akrab, jangan serta-merta meladeni dengan mengajaknya berakrab-akrab ria. Sebab begitu merasa akrab, tuh guru bakalan nggak jaim-jaim buat melancarkan jurus godaannya.
  • Jangan dibalas. Meski ‘cuma’ dengan ucapan-ucapan dan tidak sampai menyentuh fisik, lebih baik kamu cuekkin aja. Soalnya kalo kamu nanggepin, bukannya kapok mereka malah akan semakin menjadi-jadi. Cowok penggoda itu bakal senang kalo godaan mereka ditanggapi atau dijawab. Entah kamu jawabnya dengan ketus, sinis, marah, mencaci-maki, semua itu nggak bikin cowok penggoda jera.
  • Pasang tampang tegas. Umumnya cowok penggoda tuh akan segan menggoda mereka yang nggak nanggepin godaan-godaan mereka. Bisa jadi guru kamu juga gitu. Supaya dia nggak terus-terusan pasang godaan, jangan dibalas dengan godaan. Oke? Ntar juga ketahuan kok itu dari ekspresi wajah kamu, mana yang diam tegas bin cuek dengan kesan senang bin antusias. Guru penggoda pastinya jadi malaslah godain murid yang nggak respek sama godaannya. Iya kan?[kholidah] | pernah dimuat di Majalah SOBAT Muda. 
 

By : Kabid Damba

Bro en Sis rahimakumullah, gimana kabar kamu semuanya? Semoga di hari ini kamu tetap beriman, istiqomah bersama Islam, dan tentu saja mendapat perlindungan Allah Ta’ala. Aamiin. Semoga seluruh kaum muslimin juga demikian ya, Bro en Sis.
Hmm… kegiatan paling utama di awal bulan Syawal biasanya adalah silaturahim dengan keluarga inti, kerabat dekat, juga menjalin ukhuwah dengan tetangga dekat, kawan satu sekolah, sahabat seperjuangan dalam dakwah dan masih banyak lagi (termasuk dengan ‘jamaah facebookiyah dan twiteriyah’). Wuih, indahnya silaturahmi dan silah ukhuwah. Semoga itu berlanjut di hari-hari berikutnya pada 11 bulan yang akan datang hingga kembali menjumpai Ramadhan tahun depan. Insya Allah.
Namun sayangnya kita seperti semangat “hangat-hangat tahi ayam” alias semangatnya cuma sesaat. BTW, kenapa istilah ini yang dipakai ya? Padahal semua hal yang ‘diproduksi’ kemudian dikeluarin juga sepertinya hangatnya cuma sesaat kok. Roti misalnya, akan hanya hangat ketika pas dikeluarin dari oven. Kalo udah lama ya dingin juga. Nasi uduk juga sama, pas baru dimasak ya hangat (atau bahkan panas), setelah beberapa menit ya dingin juga. Selain itu, semua—maaf, tahi atau kotoran juga karakternya emang begitu, baru dikeluarkan ya hangat. Coba aja pegang hehehe… pas udah agak lama ya dingin juga. Sama saja.
Eh, ini kok jadi ngelantur gini ya? Sori Bro en Sis, mungkin ini dampak dari ‘penyakit setelah lebaran’ (apa hubungannya? hehehe), banyak yang masih mencret gara-gara makannya nggak beraturan dan nggak ngikutin kaidah thayyib. Halal sih halal, tapi nggak thayyib (nggak baik: terlalu pedas, asam, banyak santan, kacang-kacangan, berlebih konsumsi minuman bersoda dan sejenisnya). Walhasil, ya banyak yang sakit. Umumnya ya mencret. Maka jangan heran kalo ada teman kita yang sampai saat ini, pas baca gaulislam edisi ini, kentutnya juga masih disertai koloid, hehehe (itu tandanya masih menwa alias mencret wae—mencret terus)

Kok takwanya cuma di Ramadhan?
Sobat islam, saya yakin kita semua masih ingat dengan semangat kita (dan seluruh kaum muslimin) di awal Ramadhan. Tarawih pertama, masjid tak kuat menampung jumlah jamaah. Hari kedua, masih lumayan banyak tapi sudah berkurang sedikit, hari ketiga dan seterusnya hingga akhir Ramadhan, masjid mengalami kemajuan shafnya alias tadinya membludak hingga keluar, di akhir Ramadhan yang bertahan cuma dua shaf dan sisanya banyak di luar masjid (mal, pasar swalayan, atau sedang bete dirajam macet tak berampun saat mudik). Meski demikian, suasana Ramadhan secara umum tetap menghadirkan keberbedaan di banding bulan lainnya. Meski ada cukup banyak acara Ramadhan di televisi yang merusak, tapi semoga yang nonton nggak banyak. Meski ada yang nggak puasa di bulan Ramadhan, tetapi jumlah yang berpuasa insya Allah jauh lebih banyak. Ini membuktikan bahwa di bulan Ramadhan, kaum muslimin cenderung memiliki ketakwaan yang lebih baik ketimbang bulan lainnya. Patut disyukuri.
Namun demikian, sebenarnya kita juga perlu merasa khawatir bahwa takwa kaum muslimin cuma nyangkut di bulan Ramadhan. Nah, ngomongin soal takwa seharusnya ketika kita berpuasa di bulan Ramadhan, memang semestinya berbuah takwa. Eh, kamu tahu kan istilah takwa? Tahu dong, intinya menjalankan perintah Allah Ta’ala dan menghindari atau menjauhi segala larangan Allah Ta’ala. Pinter! Namun, kamu perlu tahu juga nih tambahan wawasan tentang takwa. Yup, takwa (taqwa) itu berasal dari kata waqa, yaqii, wiqayah dengan makna yang sejalan, sedang kata muttaqin adalah bentuk faa’il (pelaku) dari ittaqa suatu kata dasar bentukan tambahan (mazid) dari kata dasar waqa atau secara singkatnya waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara.
Ada juga yang membagi dua definisi taqwa, yakni pertama, hati-hati dan yang kedua meninggalkan yang tidak berguna. Ada juga yang mengatakan takwa itu mengetahui dengan akal, memahami dengan hati dan melakukan dengan perbuatan. Sementara muttaqin dapat diterjemahkan menjadi orang yang menjaga diri untuk menyelamatkan dan melindungi diri dari semua yang merugikan.
Nah, secara keseluruhan kata muttaqin adalah menjaga diri untuk menyelamatkan dan melindungi diri dari semua yang merugikan. Merugikan di sini yang dimaksud yaitu melindungi diri dari segala perbuatan yang mengandung kemaksiatan, syirik, kemunafikan dsb.
Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Baqarah [2]: 233)
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, dalam al-Quran bisa kita temui perintah dan dukungan untuk melaksanakan ketakwaan. Nggak heran jika seruan agar kaum Muslim meningkatkan ketakwaannya kepada Allah Swt. sering dilontarkan para khatib Jumat, dan para aktivitis dakwah lainnya pada berbagai kesempatan.
Syaik Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Ruhaniyatud Da’iyah menjelaskan mengenai hakikat takwa. Menurutnya, takwa lahir sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut dengan murka dan azabNya, serta selalu berharap limpahan karunia dan maghfirahNya.
Persoalannya sekarang, mengapa takwa hanya di bulan Ramadhan? Ah, jadi inget sebuah iklan yang isinya begini, “Taat kalo ada yang lihat”. Aduh, malu dan perlu berbenah sobat. Kita taat di bulan Ramadhan wajib, di bulan lainnya juga wajib. Jangan oportunis lah. Cuma memanfaatkan momen tertentu untuk ibadah dan bertakwa hanya karena banyak pahala dan kebaikan di dalamnya. Oya, soal ini udah dijelasin di edisi kemarin-kemarin ya. Tentang mulianya bulan Ramadhan, tentang pahala, tentang kebaikan-kebaikan di dalamnnya, tentang banyak hal yang intinya berbuah pahala plus bonus pahala dari setiap amal shalih yang kita kerjakan dengan ikhlas. Itu sebabnya, kalo kita hanya takwa saat Ramadhan, sementara bulan lainnya menjadi liar kembali, berarti ada something wrong dalam diri kita. Bisa jadi cuma ikut-ikutan aja ibadah karena teman yang lain ibadah. Bisa juga terpaksa karena malu kalo nggak puasa. Sangat mungkin juga sebenarnya menolak, cuma ngerasa nggak ada gunanya melawan karena khawatir dianggap aneh oleh kaum muslimin lainnya. Banyak sebab. Tetapi yang pasti, imannya belum kuat tuh kalo sampe ketakwaan ngikutin mood atau momen tertentu. Catet lho, Bro en Sis!
Jejak Ramadhan seharusnya membekas
Hmm… jadi inget syair lagunya Bimbo, Setiap Habis Ramadhan. Syairnya begitu sarat makna dan mendalam. Beberapa bait bunyi­nya begini: Setiap habis rama­dhan/ hamba rindu lagi ramadhan/ Saat-saat padat beribadah/ tak terhingga nilai mahalnya/ setiap habis ramadhan/ hamba cemas kalau tak sampai/ umur hamba di tahun depan/ berilah hamba kesempatan….
Gimana baca lirik seperti ini, rindu lagi Ramadhan nggak? Memang banyak juga di antara kita yang sedih ‘ditinggal’ Ramadhan, namun seharusnya lebih sedih lagi kalo setelah Ramadhan, kita nggak berubah jadi baik. Sia-sialah Ramadhan bagi kita, kalo setelahnya kita tak jua menjadi lebih baik: akidahnya, ilmunya, takwanya, akhlaknya, dan kuantitas serta kualitas amal shalih kita.
Kita pantas cemas menyaksikan polah teman-teman waktu Ramadhan kemarin dalam menjalani puasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum doang. Sementara,  mereka tetep keukeuh pacaran, tetep membuka auratnya, tetep tidak mengontrol mata, telinga, dan hatinya dari perbuatan kotor dan nista. Kita khawatir banget, jangan-jangan, cuma mendapatkan rasa lapar dan haus dari puasanya itu. Rugi deh. Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang ber­puasa, tapi mereka tidak menda­patkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga”  (HR Ahmad)
Sobat gaulislam, selama bulan Ramadhan ini kita udah terbiasa hidup teratur dan memiliki rasa takut yang cukup tinggi kepada Allah Swt. Kita rela menahan untuk tidak makan dan minum di siang hari semata karena kita taat kepada Allah Swt. dan menjaga puasa kita agar tidak batal. Betapa kita rela mati-matian istiqamah dalam menjalankan perintah Allah ini. Subhanallah.
Siang dan malam hari jadi giat beribadah seolah hari esok maut menjemput kita. Semarak shalat tarawih berjamaah memberikan suasana kebersamaan yang tinggi, tilawah al-Quran bergema hebat dari mulut kita. Juz demi juz kita lalui dengan penuh semangat dan keikhlasan sehingga begitu Ramadhan selesai, al-Quran khatam dibaca. Semoga amalan kita diterima Allah Swt. Jerih payah beribadah siang dan malam semoga menambah nilai takwa kita di hari-hari ke depanya. Jangan sampe deh, ibadah yang rajin dan taat menjalankan perintah Allah Swt. hanya terjadi di bulan Ramadhan saja. Sayang banget.
Maka, agar kita tetap bisa menjalankan ibadah di luar Ramadhan dan makin kuat ketakwaan kita, nggak ada salahnya kita ciptakan suasana yang sama dengan saat Ramadhan. Agar kita senantiasa merasa dekat dengan Allah Swt. dan dihindarkan dari perbuatan dosa. Kamu pernah dengar kan lagunya Opick yang berjudul Tombo Ati? Isinya pasti kamu pada hapal deh. Yup, obat hati itu ada lima perkara. Pertama, membaca al-Quran (meresapi makna untuk mencerahkan akal dan jiwa). Kedua, shalat malam (agar bisa meraih disiplin orang-orang shalih). Ketiga, bergaul dengan orang-orang shalih (untuk mendapatkan ilmu dan nasihatnya). Keempat, shiyam, yakni puasa (agar lapar kita berbuah sadar). Kelima, dizkir malam (membiasakan dzikir di malam hari di saat banyak manusia terlelap dalam tidurnya).
Nah, semoga saja artikel  ini bisa membuat kita senantiasa menumbuhkan ketakwaan meski Ramadhan sudah berlalu meninggalkan kita. Artinya, ada hasilnya gitu lho. Shaum Ramadhan berbuah takwa, bukan cuma dapetin lapar dan haus doang.
Terakhir, ada hadis qudsiy yang oke banget untuk memotivasi agar kita senantiasa dekat dengan Allah untuk meraih takwa kepadaNya:“Jika seorang hamba mendekat kepadaKu sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta; jika ia mendekatiKu sehasta, aku akan mendekatinya sedepa; jika ia datang kepadaKu dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari” (Shahih Bukhari, XI/199)
Oke deh, kita kita berharap Ramadhan jejaknya membekas bagi kita, dan semoga juga bagi seluruh kaum muslimin. Meskipun kalo liat kenyataannya, Ramadhan jejaknya tak membekas dalam kehidupan kaum muslimin secara umum. Sedih sungguh. Tapi bukan untuk dikeluhkan semata. So, ini tugas kita untuk kembali menyadarkan mereka. Itu sebabnya, yuk kita gencarkan dakwah!  Twitter @zuranasyrofi10
 

Hikmah Bersabar

Hikmah Bersabar

Bismillahirrahmanirrahim
Kita sering mendapatkan ceramah tentang perlunya bersabar, dan segala macam keunggulannya. Namun pernahkah kita berpikir bahwa tak semudah membalikkan telapak tangan untuk melaksanakannya. Bahkan mungkin bisa jadi mereka yang sering berceramah tentang kesabaran tersebut tidak bisa menjalaninya sendiri.
Kita sering ‘grusa-grusu’ atau terburu-buru dalam bertindak, menyikapi perilaku orang lain dan dalam menghadapi segala hal. Emosi sering mudah naik, manakala dihadapkan suatu hal yang tidak mengenakkan hati kita. Juga acapkali kita merasakan ketegangan pikiran, sport jantung mendadak dan sebagainya di saat kita mendengar berita yang mengejutkan. Kesemuanya itu bermula dari karena kita tidak bersabar.
Perilaku sabar sangatlah dipuji oleh Allah, itulah sebabnya dikatakan bahwa Allah bersama dengan orang-orang yang sabar (innallaha ma-ash shobirin). Dalam istilah jawa pun sering dijumpai istilah ‘sing sopo sabar bakale subur’ (artinya : barangsiapa bersabar maka akan beruntung) atau ‘sing sopo sabar kuwi bakal kinasihan dening Gusti” (artinya : barang siapa bersabar akan dikasihi Tuhan).
Ketika anda mempelajari suatu teknik pengolahan energi misalnya Sin Ilahi, Sin Hu atau lainnya, anda dituntut untuk bersabar melatihnya. Tidak boleh buru-buru ingin memperoleh hasil yang menakjubkan, ingin segera menjadi orang ‘linuwih’ dan sebagainya.
Demikian juga halnya ketika anda menjalani laku ‘wirid’, maka anda tidak boleh tergesa-gesa ingin memperoleh hasilnya.
Kesabaran adalah penguasaan atas ego dan nafsu kita. Dengan menguasai ego dan nafsu, kita akan mampu menangkap dan memahami beberapa tanda yang ditunjukkan oleh Allah, baik dalam keadaan terjaga maupun tertidur. Dengan bersabar kita akan mengurangi karat-karat di hati sehingga hati menjadi lebih terjaga kebersihannya, dan diharapkan akan lebih mudah menerima ‘penerangan’ dari nur (cahaya) Allah.
Secara medis pun, seseorang yang bisa mengendalikan emosinya, maka dia akan terjaga dari serangan penyakit jantung, stroke, diare atau yang lainnya. Hal ini dikarenakan dengan bersabar, metabolisme tubuh menjadi normal.
Jadi, mau pilih mana ?
Menjadi orang yang sabar ataukah menjadi orang yang emosional ?
Semoga bermanfaat.
BY: M Zur'an Asyrofi
 

LDKR

Latihan Dasar kepemimpinan Rohis SMA Negeri 1 Natar periode 2012/2013. Semoga sukses, Aamiin :)

 

SINETRON: Pilih Boikot Atau Yang Ngotot?

Yang bikin fantasi, yang makin digandrungi. Yang menjual banyak sensasi, yang banyak dibeli. Kenyataannya memang seperti itu hukum alam di Indonesia. Mungkin tidak sepenuhnya salah jika negara ini dikatakan negara yang ‘demen sensasi’.

Mendengar kata sensasi, hal pertama yang paling sering orang pikirkan pertama kali tentu “artis”. Artis, industri hiburan, akhirnya terpikir juga istilah perfilman. Mungkin film Indonesia masih ada yang bisa diluluskan uji kelayakan untuk ditonton. Tapi bagaimana dengan sinetronnya? Tampaknya sinetron Indonesia layaknya primadona hiburan bagi rakyat yang jenuh di tengah ruwetnya isi pemberitaan yang tidak pernah absen diisi kasus korupsi. Okelah, banyak mahasiswa yang lebih memilih menonton siaran televisi yang mengajak penontonnya berpikir cerdas dan kritis. Tapi bandingkan, lebih banyakkah jumlah mahasiswa daripada “rakyat biasa” di negeri ini? Lantas apa tempat pelarian para “rakyat biasa” itu setelah lelah mencari upah seharian? Tak bisa dielak, sinetronlah tempat pikiran dan mata dilarikan untuk menghibur diri.

Seakan tak pernah mempermasalahkan cerita yang monoton, penggemar sinetron makin bejibun, ratingnya jadi naik gunung, aktor dan aktrisnya makin eksis, produknya laris manis. Parahnya, sinetron Indonesia tampaknya sudah terbiasa mencekoki para penontonnya dengan cerita-cerita ganjil nan menggurui. Tokoh utama berbudi baik yang kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia disebut sebagai tokoh protagonis, selalu menjadi bulan-bulanan tokoh antagonis. Si protagonis pun tidak pernah bisa melawan, bahkan jika keadaan memaksa si antagonis untuk kalah, si baik akan menutupi kesalahan tokoh antagonis dan berpura-pura tidak pernah disakiti agar menciptakan figur sebagai orang yang benar-benar berhati mulia. Aneh, mau menjadi orang baik saja kok banyak sekali siksaannya. Dan, apakah orang yang baik itu adalah orang yang ‘melindungi’ yang jahat? Kesannya jadi seperti KKN ya? Dampak terparah dari sinetron sebenarnya ada pada anak-anak yang juga asik saja diajak menonton sinetron oleh orangtuanya. Bukan hal baru lagi kalau ada anak yang jika ditanyakan, ingin menjadi tokoh baik atau jahat, malah menjawab tidak ingin menjadi yang baik. Mengapa? Ternyata, menurut mereka, tokoh baik selalu disiksa!

Sinetron berkedok Islam malah lebih parah. Apalagi sinetron anaknya: yang punya kekuatan ini lah, itu lah, yang bisa mengubah sesuatu, bahkan ada ceritanya anak yang punya layaknya mukjizat sehingga banyak orang meminta pertolongan padanya. Bukankah yang seperti ini yang paling berbahaya bagi akidah kita? Secara tidak sadar, anak-anak menyimpan pesan bahwa ada kekuatan lain yang bisa diandalkan selain kekuatan Allah swt. Bahwa mereka bisa mengendalikan bahkan menolak ‘bala’. Tidak berlebihan jika kita memandang sinetron sebagai sesuatu yang mulai harus kita boikot. Pemboikotan dalam artian sebenarnya memang tidak bisa kita lakukan. Pemboikotan yang mungkin adalah tindakan tidak menonton sinetron dan tidak memilih channel berisi sinetron selama sinetron itu ditayangkan. 

Pemboikotan kecil ini mungkin tidak berpengaruh apa-apa pada pihak entertaiment, apalagi pemboikotan ini hanya dilakukan oleh sepersekian dari sebagian kecil masyarakat yang peduli. Tapi insya Allah besar pengaruhnya bagi terjaganya akidah dan pikiran kita dari tontonan tidak cerdas dan membodohi. Memang tidak semua sinetron Indonesia seburuk itu, tapi kebanyakan produsernya tetap saja ngotot ingin memproduksi cerita yang skenarionya didramatisir. Sekali lagi, Indonesia memang negara ‘demen sensasi’ sekaligus yang ‘latah informasi’.


-HL-
 

MENULIS, Antara Bakat dan Tekad

Menulis. Siapa yang tidak bisa memegang pena kemudian menorehkan tintanya di selembar kertas? Tapi kata ‘menulis’, yang dilihat dari sudut pandang sebagai suatu kegiatan personal –dalam artian bukan menulis pelajaran atau tugas sekolah- seringkali membuat orang yang tidak tertarik mendengarnya saja sudah pesimis duluan. Ada juga orang yang mengaku ingin ‘bisa menulis’, tapi disuruh menulis diary saja sudah merengek. Sebenarnya apa yang salah dengan sebuah kegiatan bernama ‘menulis’?
Menulis, baik itu menulis artikel, opini, cerita, puisi, apapun lah, bagi sebagian orang masih di cap sebagai kegiatan yang memerlukan bakat. Memang tidak sepenuhnya salah, tapi bakat ada pada nomor ke sekian sebagai faktor penentu dalam keberhasilan menulis. Jadi, salahnya di mana? Yup! Tentu saja kesalahan ada pada persepsi masing-masing orang yang menilai bahwa menulis hanya bisa di lakukan ketika kita diberikan cukup anugerah oleh Tuhan untuk berkarya. Selebihnya, “I have no talent, and I give up”. Begitu mendarah dagingnya tradisi ‘terima nasib’ akibat penjajahan bangsa Eropa di negeri ini selama berabad-abad lamanya. Baiklah, ayo kita kembali ke masalah menulis.

Allah swt pasti membagi rata masing-masing hambaNya sebentuk talenta. Jika A mendapat kelebihan dalam hal ini, maka ia pasti mempunyai kekurangan dalam hal lainnya. Begitupun dengan B, C, dan seterusnya. Namun kadang, kita tidak mau sedikit lebih bersabar seperti Thomas Alva Edison yang setia mencoba sampai lebih dari 1000 kali demi menghidupkan sebuah bola lampu. Akibatnya, potensi yang seharusnya bisa ditemukan manakala kita menggali lebih dalam tidak pernah bisa menjadi berarti. Menulis juga merupakan potensi yang diam-diam pasti melekat pada setiap individu. Kalau kita tidak memaksakan menjebol penutupnya untuk kita bawa ke luar, potensi itu akan selamanya terkubur bahkan makin tertutup hari demi hari oleh berbagai sampah yang menumpuk. 

Bukankah hampir setiap orang, apalagi yang masih berstatus pelajar, bisa menggunakan pena? Memiliki buku? Setidaknya selembar kertas bekas alas gorengan? Memahami abjad? Kalau begitu menulislah! Jangan pikirkan terlalu rumit, seperti apa yang selanjutnya, bagaimana gaya bahasanya, dan pikiran-pikiran pembawa kekhawatiran lainnya. Semakin banyak yang kita pikirkan sebelum menulis, semakin lama waktu diulur. Lama-lama malah tidak jadi menulis. Jangan pikirkan bagaimana kita bisa menulis layaknya Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy), atau Andrea Hirata, atau penulis terkenal lainnya. Tapi berpikirlah bahwa kita adalah kita. Kita tidak perlu menjadi mereka setiap kali kita ingin menulis. Tulislah apa yang sedang terlintas saat itu juga.
Tidak bisa dielakkan lagi, bahwa menulis sudah menjadi suatu kebutuhan bagi hidup kita. Mau bukti? Lihat saja berbagai jejaring sosial yang lagi naik daun saat ini. Setiap detik selalu bermunculan tulisan-tulisan baru, walau hanya sekedar tulisan ringan dan sangat singkat. Itu sudah membuktikan bahwa apa yang kita rasakan saat itu adalah apa yang ingin kita tuliskan. Memang tujuannya bermacam-macam, mulai dari iseng sampai yang tujuannya ingin pamer. Tapi titiknya adalah potensi menulis itu sendiri. Bangsa Indonesia yang istilahnya masih rawan oleh segala yang baru ini perlu sebuah budaya untuk menjaga agar jangan sampai terlalu kebablasan di tengah pengaruh yang serba bebas. Salah satunya ya menulis. Menulis untuk selalu mengingatkan siapa diri sendiri, apa yang sudah dan akan dilakukan, dan menulis untuk akhirnya menjadi sejarah. Sebuah catatan yang bisa menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya ketika mereka membaca tulisan kita. Jadi, alasan apa lagi yang masih menahan kita untuk tidak menulis? :)


-HL-
 

Rasa Takut


Setiap manusia dicipatakan atas dasar fitrah, dan diantara fitrah manusia adalah memiliki rasa takut yang menyelimutinya setiap saat. Ada rasa takut terhadap mati, takut terhadap masa depan, takut kehilangan kesempatan, takut kehilangan jabatan, takut kehilangan harta, takut kehilangan orang yang dicintai, takut tidak mendapatkan jodoh yang baik, takut karena dosa-dosa yang pernah dilakukan dan berbagai macam rasa takut lain yang selalu menyelimuti hati manusia. Rasa takut yang selalu menghantui manusia akan menyebabkan kerisauan dalam hati jika tidak disikapi dengan benar. Maka tidak mengherankan jika banyak manusia yang berbondong-bondong ke bisokop, bar, tempat rekreasi, dan tempat-tempat hiburan lain untuk sejenak menghilangkan kerisauan tersebut.

Islam sebagai sebagai rahmatan lil 'alamin mengajarkan jalan yang indah untuk mengatasi setiap rasa takut dan risau yang menghinggapi manusia. Obat terbaik untuk mengatasi rasa takut tersebut adalah menggantungkan segala harapan hidup (Raja') dan rasa takut kepada Allah Jalla wa 'Azza. Rasa takut dan harap ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, sisi yang pertama tidak akan ada artiinya tanpa ada sisi yang ke dua. Kesalahan menempatkan harapan akan menyebabkan rasa takut semakin besar, karena pada dasarnya rasa takut itu tidak memiliki eksistensi sama sekali hingga kita memberikan arti kepadanya.

Rasa takut yang melanda diri seseorang seringkali menjauhkan seseorang dari apa yang ditakutinya, namun hal ini sangat berbeda bagi seorang muslim yang takut kepada Allah. Rasa takut kepada Allah akan menghantarkan seseorang pada upaya mendekati Allah dengan kedekatan yang sedekat-dekatnya. Karena bagi seorang muslim, takut kepada Allah berarti takut apabila segala tingkah lakunya tidak disukai Allah, sehingga ia akan berupaya sekuat tenaga untuk mencari cinta dan keridhaan Allah. Rasa takut kepada Allah yang diiringi dengan sebuah harap kepada-Nya akan menjadikan hidup seorang muslim penuh dengan rasa optimisme. Bagaimana ia akan merasa takut tidak mendapat rizki sedang ia memiliki Allah yang Maha Kaya, bagaimana ia akan takut kehilangan kesempatan, harta, kekasih atau jabatan sedang semua adalah milik Allah, bagaimana ia akan takut mati sedang dengan mati itu adalah pintu bertemunya ia dengan Allah, bagaimana ia akan merasa takut masa depan sedang segala sesuatunya telah ditetapkan oleh Allah. Dengan rasa takut kepada Allah, maka ia akan mampu menahan organ tubuhnya dari segala kemaksiatan dan kesia-siaan. Kemudian di saat yang sama ia senantiasa berharap atas ampunan dan ridha-Nya, maka dengan hal tersebut akan menjadikannya sebagai hamba yang akan selalu menggantungkan dan menyerahkan dirinya kepada Allah.

"Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan"
[TQS. An-Nur:52]

Saudaraku janganlah kita takut dan merisaukan masa depan yang belum tentu kita jumpai, namun risaukanlah tiap detik dari waktu kita yang telah berlalu tanpa kemanfaatan. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu memperbaiki diri dan lingkungan kita setiap waktu. Dan semoga kita tetap bisa selalu saling mengingatkan dan mendoakan dalam kebaikan. Barakallahufikum..

Madiun, 13 Januari 2012 pukul 19.36 WIB 

Muhammad Syamsul Arifin
Ketua Kaderisasi ROHIS SMA 1 Natar 2006/2007
 

Planet Baru Kembaran Bumi


Astronom mendeteksi adanya planet bebatuan yang orbitnya berdekatan dengan bintang. Kemungkinan besar kehidupan ditemukan di tempat itu.

Penemuan yang dipimpin oleh tim UC Santa Cruz ini memprediksi adanya kemungkinan planet serupa di Galaksi Bima Sakti. Walaupun dianggap menyerupai bumi, planet ini ukurannya 4,5 kali lebih besar sehingga disebut ''Super-earth''.

Berjarak 22 tahun cahaya dari bumi, waktu orbitnya adalah 28 hari dan terletak pada zona yang dianggap tepat untuk dihuni mahluk hidup. Suhu di sekitarnya tak terlalu dingin atau panas, juga terdapat pasokan air. Astronom menjulukinya sebagai ''Zona Goldilock''.

Planet yang baru ditemukan ini dikategorikan sebagai planet tiga bintang, termasuk dua bintang yang mengorbit satu sama lain. Salah satunya memiliki permukaan seperti Jupiter yang kaya akan gas dan satu planet lain, orbitnya berkeliling selama 75 hari.

Anggota senior tim UC Santa Cruz, Steven Vogt mengatakan kemungkinan masih banyaknya planet lain. “Penemuan planet ini adalah penanda akan adanya banyak penemuan planet baru,” katanya.

Vogt kini sedang mengerjakan proyek pengerjaan teleskop baru bernama ''Automated Planet Finder''. Alat ini mampu mendeteksi teleskop secara otomatis di Observatorium Mount Hamilton di dekat San Jose.

Penemuan ini dipimpin oleh Paul Butler dan Guillem Anglada-Escude dari The Carnegie Institution for Science di Washington DC dan para anggotanya terdiri dari astronom asal Jerman, Inggris, Australia dan Chili.

Mengenai penemuannya, Anglada-Escude menyatakan bahwa planet itu memiliki pasokan air yang sangat baik. “Planet ini aalah kandidat planet terbaik dengan jumlah air yang mencukupi,” katanya.

Temuan tim tersebut akan dipublikasikan di Astrophysical Journal, sebuah jurnal khusus berisi temuan ''exoplanet''. Menurut Extrasolar Planet Encyclopaedia, keberadaan exoplanet telah terdeketeksi sejak 1995 dan jumlahnya mencapai 755 planet.

SAN FRANSISCO CHRONICLE | SATWIKA MOVEMENTI

Sumber : http://www.tempo.co

 

KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA


…………………..KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA………………….


Kau ini bagaimana?

Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya

Kau suruh aku berfikir, aku berfikir kau tuduh aku kafir

Aku harus bagaimana?

Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai

Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam kau waspadai

Kau ini bagaimana?

Kau suruh aku memegang prinsip, Aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku

Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin plan

Aku harus bagaimana?

Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku

Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

Kau ini bagaimana?

Kau suruh aku Taqwa, Khotbah keagamaanmu membuat aku sakit jiwa

Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

Aku harus bagaimana?

Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya

Aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain

Kau ini bagaimana?

Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat

Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana?

Kau suruh aku membangun, aku membangun kau merusakkannya

Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskanya

Kau ini bagaimana?

Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah

Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakanya dengan tanah

Aku harus bagaimana?

Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi

Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap wallahu ‘alam bissawab

Kau ini bagaimana?

Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku

Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana?

Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu

Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana?

Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis

Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis

Aku harus bagaimana?

Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah

Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternanif kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana?

Aku bilang terserah kau, kau tidak mau

Aku bilang terserah kita, kau tak suka

Aku bilang terserah aku, kau memakiku

Kau ini bagaimana?

Atau aku harus bagaimana?

1987

KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus)
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ADS ROSSTAR - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger